MUNTILANKU
Muntilan, Magelang
Muntilan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia. Muntilan terletak sekitar 10 Km dari Kota Mungkid, 15 Km dari
Kota Magelang dan 25 Km dari Yogyakarta. Muntilan telah lama menjadi
pusat perdagangan di sekitar Lereng Barat Gunung Merapi dan berada di
jalur propinsi yang menghubungkan Semarang, Kota Magelang dan
Yogyakarta.
Muntilan berada di jalur kereta api tua menuju Stasiun Blabak Mungkid
dan Stasiun Kebonpolo Magelang yang sekarang sudah tidak berfungsi.
Geografi
Kecamatan Muntilan berbatasan dengan Kota Mungkid dan kecamatan Mungkid
di Utara, kecamatan Srumbung di Timur, kecamatan Ngluwar di Barat, serta
kecamatan Salam di Selatan.
Sejarah
Kecamatan Muntilan sudah ada sejak peralihan kekuasaan atas Karesidenan
Kedu dari Kesultanan Yogyakarta kepada pemerintah Inggris pada tahun
1812. Pada awal keberadaannya, Kecamatan ini merupakan tempat pemukiman
orang Tionghoa. Di masa perang Diponegoro, laporan Belanda menyebutkan
bahwa salah satu benteng dari proyek benteng stelsel Jenderal De Kock
dibangun diKecamatan ini. Setelah Perang Diponegoro selesai dan
Kultuurstelsel diberlakukan di Jawa termasuk di Karesidenan Kedu,
Muntilan tumbuh menjadi Kecamatan. Namun demikian wilayah ini diperintah
oleh seorang wedana yang berkedudukan di Probolinggo (Bolinggo), satu
kilometer di sebelah timur Muntilan ke arah Yogya. Baru pada saat
pemerintah kolonial mengadakan reorganisasi pemerintahan pada tahun
1900, Muntilan menerima status sebagai kawedanan sekaligus distrik.
Dengan perubahan status ini, sejak itu kedudukan wedana dipindahkan dari
Probolinggo ke Muntilan sementara di kecamatan ini juga ditempatkan
seorang pejabat Belanda berpangkat kontrolir yang tunduk kepada asisten
residen di Magelang. Peristiwa sejarah penting di Muntilan di antaranya
adalah kedatangan Pastur F. van Lith pada tahun 1894 yang memulai
penyiaran agama Katolik di antara masyarakat Jawa. Dalam waktu sepuluh
tahun van Lith telah berhasil membangun suatu komunitas umat Katolik
Jawa yang mencakup daerah pelayanan hingga Sendangsono di Kulon Progo,
Sumber di Utara, Salam di Timur dan Tumpang di arah Barat sementara
wilayah Borobudur dilayani oleh rekannya, Pastur Hoevenaar. Van Lith
bukan hanya membangun komunitas Katolik namun juga kompleks pendidikan
sekolah Katolik yang sampai sekarang masih berfungsi. termasuk asrama
dan rumah sakit, yang diresmikan pada tahun 1902. Peristiwa sejarah lain
yang mempengaruhi tata ruang kecamatan Muntilan selain kemunculan
kompleks bangunan Katolik ini adalah pembukaan rel kereta api oleh
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschapij (NISM) pada tahun 1892 yang
menghubungkan Yogyakarta dan Magelang. Kecamatan Muntilan dilewati jalur
ini dan sebagai teknisinya adalah Ir. The Tjien Ing, yang dipindahkan
dari Secang oleh direksi NISM ke Muntilan pada tahun 1892. The Tjien Ing
kemudian diangkat menjadi kepala kampung Cina (Chineezen Wijk) pada
tahun 1903 dan pada tahun 1912 dilantik di klenteng Muntilan sebagai
letnan Cina (het leiutenant voor Chineezen) oleh Kontrolir
Muntilan.Rumah The Tjien Ing yang sekarang berada di Jalan Dr. Sutomo,
merupakan tempat tinggal sementara Pastur Van Lith ketika tiba di
Muntilan pada tahun 1893, dan baru pindah ke kompleks Perikanan Muntilan
sekarang pada tahunn 1894.
Sekolah
Play Group Bentara Wacana Muntilan
PAUD Pelita Hati Muntilan
TK Bentara Wacana Muntilan
SD Muhammadiyah 1 Muntilan
SD Bentara Wacana Muntilan
SD Negeri Muntilan 1
SD Negeri Muntilan 2
SD Negeri Muntilan 3
SMP Negeri 1 Muntilan
SMP Negeri 2 Muntilan
SMP Negeri 3 Muntilan
SMP Bentara Wacana Muntilan
SMA Negeri 1 Muntilan
SMA Muhammadiyah 1 Muntilan
SMA Muhammadiyah 2 Muntilan
SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan
SMA Bentara Wacana Muntilan
SMK Pangudi Luhur Muntilan
SMK Muhammadiyah 2 Muntilan
Tempat Menarik
Wisata religi yang sangat dikenal oleh masyarakat di antaranya adalah
makam Kyai Raden Santri Gunungpring di Desa Gunungpring, yang dikunjungi
oleh sekitar 500 pengunjung setiap harinya dari berbagai daerah di
Jawa. Juga makam Romo Sandyoyo, Kerkop Muntilan, yang dikenal dan
dikunjungi oleh umat Katholik di Indonesia
Para Yesuit telah lama hadir di Muntilan. Terdapat sebuah seminari dan
nekropolis yang banyak berisi peninggalan para anggota lamanya. Kardinal
Julius Darmaatmadja, kardinal Gereja Katolik Roma dan Uskup Agung
Jakarta saat ini, lahir di Muntilan. Selain itu di kota ini terdapat
lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan Katolik sejak zaman
Belanda. Yang paling menonjol adalah Sekolah Guru (Kweekschool)(sekarang
SMA Van Lith Pangudi Luhur). Di samping itu juga ada beberapa sekolah
dasar bagi anak-anak pribumi. Selain beberapa tokoh rohaniawan Katolik,
lembaga pendidikan itu juga meluluskan sejumlah tokoh nasional seperti
mendiang Frans Seda (mantan Menteri Keuangan), Simbolon (Kolonel), dan
Sartono Kartodirdjo (sejarawan).
Ketika Perang Dunia II, Muntilan menjadi tempat sebuah kamp tahanan
perang oleh tentara Jepang yang menggunakan kompleks sekolah Katolik di
sana. Mereka yang menghuni kamp internir ini terutama terdiri atas
banyak keluarga Belanda.
Desa/kelurahan
1 Adikarto
2 Congkrang
3 Gondosuli
4 Gunungpring
5 Keji
6 Menayu
7 Muntilan
8 Ngawen
9 Pucungrejo
10Sedayu
11 Sokorini
12 Sriwedari
13 Tamanagung
14 Tanjung
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Muntilan,_Magelang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar